Modal Sosial Gerakan Masyarakat Sipil di Kota Bukittinggi
Abstract
Tujuan penelitian ini memfokuskan untuk menganalisis modal sosial apa yang dimiliki masyarakat sipil sehingga bisa bertahan. Maka Peneliti tertarik menganalisis terkait adanya gerakan masyarakat sipil yang menorehkan sejarah yaitu Forum Peduli Sumatera Barat (FPSB), Aliansi Masyarakat Peduli Payakumbuh (AMPUH), Aliansi Rakyat Anti Korupsi (ARAK) di Kota Bukittinggi yang bisa mengungkap kasus korupsi berjamaah di daerah Sumatera Barat. Diketahui dari tiga gerakan masyarakat sipil tersebut, gerakan masyarakat sipil di Kota Bukittinggi yang terus menjalankan fungsinya sebagai peran kontrol masyarakat sipil terhadap pemerintahan. Teori yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini adalah teori modal yang dikemukakan Pierre Bourdieu terkait modal sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif tipe studi kasus. Teknik pemilihan Informan Purposive Sampling dengan 10 Informan. Pengumpulan data yang Peneliti lakukan dengan cara observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian yang telah didapatkan di lapangan, yaitu adanya dinamika gerakan masyarakat sipil dan kebertahanan gerakan masyarakat sipil karena adanya, modal sosial yang dimiliki masyarakat sipil di Kota Bukittinggi sehingga bisa bertahan yaitu Pertama adanya aktor yang mandiri dan otonom. Kedua jaringan yang dimiliki yaitu, jaringan dengan media, jaringan dengan basis massa, jaringan dengan pemerintahan, jaringan dengan organisasi sejenis, seperti Indonesia Corruption Watch (ICW), Ketiga legitimasi masyarakat (kepercayaan dan nilai). Keempat isu lokalitas. Kelima organisasi masyarakat sipil.