Strategi Livelihood Peternak Sapi Perah Pada Masa Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang
DOI:
https://doi.org/10.24036/perspektif.v7i2.829Keywords:
Habitus, Peternak Sapi Perah, Penyakit Mulut Dan Kuku (PMK), Strategi LivelihoodAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan kondisi penghidupan serta mengkaji strategi penghidupan peternak sapi perah pada masa wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di Desa jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif menggunakan paradigma kontruktivitis dengan teknik analisis data Miles dan Huberman (1984). Penelitian ini menggunakan teori Habitus Pierre Bourdieu dengan dasar analisis strategi livelihood tentang asset penghidupan DFID yang terdiri atas lima modal yaitu modal alam (natural capital), modal manusia (human capital), modal fisik (physical capital), modal sosial (social capital), dan modal finansial (financial capital). Teknik pemilihan informan pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria informan adalah masyarakat peternak sapi perah di Desa Jetak yang sapinya terkena wabah penyakit mulut dan kuku (PMK). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan melakukan wawancara terhadap peternak sapi di Dusun Jetak, Legok, Kemiri, Setugur dan Kendal. Observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas peternak sapi perah pada masa wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) dan dokumentasi dengan cara mendokumentasikan sapi yang terkena wabah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan ada perbedaan strategi bertahan antara peternak sapi kelas atas dan kelas menengah kebawah. Masyarakat peternak sapi perah kelas atas (yang memiliki 5 sampai 10 sapi), memikirkan strategi untuk meminimalisir resiko dari PMK dengan cara menjual sebagian hewan ternaknya, sedangkan bagi masyarakat kelas menengah kebawah (mempunyai maksimal 4 sapi) hanya pasrah. Mereka mengandalkan human capital dan social capital dalam strategi penghidupan dengan cara mencari pekerjaan sampingan seperti bercocok tanam cabai, jahe, dan tanaman keras, dibantu oleh anak sendiri dan dicukup-cukupkan untuk kebutuhan sehari-hari dari bantuan pemerintah.